Friday 27 September 2013

Cara Menjurnal Transaksi Persediaan (Inventory)

Tujuan Utama Perlakuan Akutansi Persediaan

Ada 2 (dua) tujuan atau lebih tepatnya target utama perlakuan akuntansi persediaan, yaitu:
Penyandingan cost-pendapatan (pada Laporan Laba Rugi) yang lebih persis sehingga menghasilkan nilai Laba yang lebih akurat.
Penyajian saldo persediaan (pada Neraca) yang lebih akurat sehingga nilai total aset menjadi lebih representative.



Terlepas dari sistim apapun yang digunakan (baik periodik maupun perpetual), laporan keuangan harus terartikulasi secara penuh, dalam artian: masing-masing angka dalam laporan keuangan mesti terhubung, secara mekanik, antara yang satu dengan lainnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka setiap kejadian menyangkut persediaan—mulai dari awal hingga akhir siklus apapun jenisnya (bahan baku diterima, bahan baku diolah menjad barang dalam proses, barang jadi masuk ke gudang penyimpanan, persediaan rusak-usang-hilang, persediaan dipindahkan dari gudang satu ke gudang lainnya)—mesti tercatat dengan benar, tanpa ada yang ketinggalan.
Jurnal Untuk Persediaan Bahan Baku

Berikut ini adalah jurnal-jurnal untuk mencatat kejadian sehubungan dengan Persediaan Bahan Baku.

1. Bahan Baku Diterima – Ketika bahan baku diterima artinya nilai saldo persediaan bahan baku meningkat. Setelah melakukan pemeriksaan seperlunya (melakukan penghitungan fisik dan membandingkannya dengan PO), bagian Penerimaan (Receiving) membuat jurnal penerimaan bahan baku sbb:

[Debit]. Persediaan – Bahan Baku = xxx
[Kredit]. Utang Dagang = xxx

[box_help]Catatan: xxx adalah nilai barang diterima sesuai dengan hasil penghitungan fisik, bukan surat jalan. Jika itu pembelian tunai maka akun “Utang Dagang” diganti dengan “Kas”).[/box_help]

2. Bahan Baku Pindah Ke Produksi – Ketika bahan baku keluar dari gudang menuju ke ruang produksi, artinya nilai saldo persediaan bahan baku menurun. Setelah di produksi bahan baku berubah bentuk menjadi “Persediaan Barang Dalam Proses” populer dengan istilah “Work-In-Process” (WIP). Untuk itu anda perlu membuat jurnal sbb:

[Debit]. Persediaan – Barang dalam Proses (WIP) = xxx
[Kredit]. Persediaan – Bahan Baku = xxx

3. Membuat Jurnal Penyesuaian Pada Bahan Baku – Ada kalanya bahan baku mengalami kerusakan, usang atau hilang, dari waktu-ke-waktu. Risiko semacam itu tidak bisa dihndari dalam setiap operasional perusahaan. Merujuk pada prinsip kehati-hatian, perusahaan perlu membuat cadangan, sebagai antisipasi terhadap risiko semacam itu. “Membuat cadangan” dalam hal ini maksudnya, mengakui beban terlebih dahulu—sebelum risiko itu benar-benar terjadi. Berikut adalah jurnal yang perlu anda masukan untuk membuat cadangan:

Cadangan Bahan Baku Rusak/Hilang:

[Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx
[Kredit]. Cadangan Bahan Baku Rusak/Usang = xxx

Cadangan Bahan Baku Hilang/Tercuri:

[Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx
[Kredit]. Cadangan Bahan Baku Hilang/Tercuri = xxx

[box_help]

Catatan: Sebagai alternative (lebih saya rekomendasikan), anda bisa membuat satu cadangan saja untuk keduanya, dengan jurnal sbb:

[Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx
[Kredit]. Cadangan Bahan Baku = xxx

[/box_help]

Selanjutnya, ketika kerusakan atau keusangan sungguh-sungguh terjadi, anda tinggal membuat jurnal penyesuaian untuk menghapus cadangan dan mengurangi saldo persediaan, sbb:

[Debit]. Cadangan Bahan Baku Rusak/Usang = xxx
[Kredit]. Persediaan – Bahan Baku = xxx

Dan bila, kehilangan sungguh-sungguh terjadi, cadangan dihapus dan saldo persediaan bahan baku dikurangi dengan jurnal penyesuaian, sbb:

[Debit]. Cadangan Bahan Baku Hilang/Tercuri = xxx
[Kredit]. Persediaan – Bahan Baku = xxx

[box_help]

Catatan: Jika anda menggunakan cara alternative, membuat satu cadangan semua jenis risiko, anda tinggal memasukan jurnal di bawah ini untuk setiap risiko yang sungguh-sungguh terjadi (apapun jenisnya):

[Debit]. Cadangan Bahan Baku = xxx
[Kredit]. Persediaan – Bahan Baku = xxx

[/box_help]

Perlu disadari bahwa risiko yang sama bisa terjadi pada persediaan barang dalam proses. Untuk itu, anda juga perlu membuat cadangan untuk masing-masing persediaan tersebut. Caranya, sama saja dengan membuat cadangan pada bahan baku, tinggal ganti nama cadangan sesuai dengan jenis persediaannya. Perlakuan pengahapusan cadanganpun sama saja.
Jurnal Untuk Persediaan Barang Jadi

Berikut adalah jurnal-jurnal yang anda perlukan untuk mencatat kejadian-kejadian sehubungan dengan persediaan bahan baku.

1. Persediaan Barang Jadi Diterima – Persediaan barang jadi bisa diterima dari dalam perusahaan itu sendiri (bagian produksi) bila perusahaan manufaktur atau dari luar perusahaan (pemasok/supplier/vendor) bila perusahaan dagang. Darimanapun datangnya, yang jelas persediaan barang jadi diterima membuat nilai saldo persediaan barang jadi meningkat. Untuk itu anda perlu memasukan jurnal sbb:

Jika barang jadi diterima dari dalam perusahaan (bagian produksi), maka jurnalnya:

[Debit]. Persediaan Barang Jadi = xxx
[Kredit]. Persediaan Barang dalam Proses (WIP) = xxx

Jika barang jadi diterima dari pihak luar (pemasok/supplier/vendor), maka jurnalnya adalah sbb:

[Debit]. Persediaan Barang Jadi = xxx
[Kredit]. Utang Dagang = xxx
(Catatan: Bila persediaan dibeli secara tunai, maka sisi kreditnya adalah akun “Kas’)

2. Persediaan Barang Jadi Dikirim (Dikeluarkan) – Ada 2 kemungkinan mengapa persediaan barang jadi dikirimkan atau dikeluarkan dari gudang perusahaan, yaitu: (a) dikirimkan ke pembeli/pelanggan yang artinya dijual; atau (b) dikirimkan ke gudang lain di luar perusahaan—tetapi masih milik perusahaan itu sendiri. Apapun kemungkinannya, yang jelas nilai saldo persediaan barang jadi pastinya menurun. Untuk itu, anda perlu memasukan jurnal untuk mencatat kejadian tersebut.

Jika barang jadi terjual, maka jurnalnya:

[Debit]. Piutang Dagang = xxx
[Kredit]. Penjualan = xxx
(Untuk mengakui penjualan)

[box_help]

Catatan: Jika penjualan dalam negeri, maka anda perlu mengakui utang PPN, sehingga jurnalnya menjadi:

[Debit]. Piutang Dagang = xxx
[Kredit]. Utang PPN = x
[Kredit]. Penjualan = xx

[/box_help]

Dan;

[Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx
[Kredit]. Persediaan Barang Jadi = xxx
(Untuk mengakui penurunan nilai persediaan barang jadi)

Jika persediaan barang jadi dikirimkan ke gudang lain, biasanya tidak dicatat. Tetapi untuk tujuan pengendalian, saya menyarankan agar tetap dicatat, dengan jurnal:

[Debit]. Persediaan Barang – Gudang Tangerang = xxx
[Kredit]. Persediaan Barang – Gudang Jakarta = xxx

[box_help]

Sekilas Mengenai Konsinyasi

Pada kasus KONSINYASI, pengiriman persediaan barang ke toko dimana barang dikonsinyasikan, dari perspektif akuntansi, belum diakui sebagai penjualan, melainkan dianggap sebagai perpindahan barang dari gudang perusahaan ke gudang lain. Saya akan bahas khusus mengenai KONSINYASI di kesempatan lain. [Update: Mengenai Konsinyasi sudah saya bahas dalam berbagai aspek, silahkan baca: Konsinyasi Dilihat Dari Aspek Bisnis, Akuntansi dan Pajak]

[/box_help]

3. Penyesuaian Pada Persediaan Barang Jadi – Dibandingkan dengan persediaan bahan baku, risiko kehilangan dan kerusakan persediaan barang jadi lebih tinggi, karena nilainya yang memang lebih tinggi. Oleh sebab itu, cadagangan sebagai antisipasi risiko mutlak diperlukan, yang nilainya tentu harus lebih besar dibandingkan cadangan bahan baku. Berikut adalah jurnal untuk membuat cadangan dan penghapusan (penyesuaiannya):

Untuk membuat cadangan, junalnya:

[Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx
[Kredit]. Cadangan Persediaan Barang Jadi = xxx

Bila kerusakan atau kehilangan benar-benar terjadi, cadangan dihapus dengan jurnal penyesuaian, sbb:

[Debit]. Cadangan Persediaan Barang Jadi = xxx
[Kredit]. Persediaan Barang Jadi = xxx
Jurnal Penyesuaian Penghitungan Fisik Persediaan

Baik menggunakan sistim priodik maupun perpetual, di akhir periode tetap saja perlu dilakukan penghitungan fisik:

(a) Sistim periodik – Anda perlu melakukan penghitungan fisik, di akhir periode, guna menentukan saldo akhir barang jadi yang akan disajikan di Neraca, Apapun hasil dari penghitungan fisik, itulah saldo persediaan yang diakui, sehingga tidak perlu membuat jurnal penyesuaian untuk maksud ini. Pada sistim periodik, hasil penghitungan fisik juga digunakan sebagai dasar dalam menentukan besarnya harga pokok penjualan yang dibebankan, yaitu dengan perhitungan sbb:

[box_dark]Saldo awal persediaan + Persediaan diterima – Saldo akhir persediaan (hasil penghitungan fisik) = Harga Pokok Penjualan (HPP).[/box_dark]

Selanjutnya HPP dibebankan dengan cara memasukan jurnal sbb:

[Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx
[Kredit]. Persediaan = xxx

(b) Sistim Perpetual – Jika ada yang berpikir bahwa penggunaan sistim perpetual tidak memerlukan penghitungan fisik di akhir periode, itu pandangan yang KELIRU. Yang benar, penghitungan fisik TETAP diperlukan guna MEMASTIKAN apakah saldo akhir persediaan yang nampak di buku sesuai dengan kenyataannya atau tidak. Jika hasil penghitungan fisik ternyata sama persis dengan saldo di buku, maka jurnal penyesuaian tida diperlukan. Tetapi jika tidak sama, maka perlu dibuatkan jurnal penyeseuaian.

Misalnya:

Buku catatan persediaan perpetual menunjukan saldo akhir persediaan sbb:

Bahan Baku = Rp 50,000,000
Barang Dalam Proses = Rp 28,000,000
Barang Jadi = Rp 35,000,000

Sementara hasil penghitungan fisik menujukan data sebagai berikut:

Bahan Baku = Rp 55,000,000
Barang Dalam Proses = Rp 25,000,000
Barang Jadi = Rp 42,000,000

Dari data tersebut jelas ada selisih antara hasil penghitungan fisik dengan saldo yang ditunjukan oleh buku persediaan, sbb:

Perbedaan Bahan Baku = 55,000,000 – 50,000,000 = 5,000,000
Peredaan Barang Dalam Proses = 28,000,000 – 25,000,000 = 3,000,000
Perbedaan Barang Jadi = 42,000,000 – 35,000,000 = 7,000,000

Selisih-selisih tersebut perlu dibuatkan jurnal penyesuaian agar buku catatan persediaan menunjukan angka saldo yang sama dengan hasil penghitungan fisik, dan harga pokok penjualan yang dibebankan juga menjadi sesuai dengan kenyataannya. Berikut adalah jurnal penyesuaian yang diperlukan:

[Debit]. Persediaan – Bahan Baku = Rp 5,000,000
[Debit]. Persediaan – Barang Jadi = Rp 7,000,000
[Kredit]. Persediaan – Barang Dalam Proses = Rp 3,000,000
[Kredit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 9,000,000

(Untuk menaikan saldo persediaan bahan baku dan barang jadi, menurunkan saldo barang dalam proses, sekaligus mengurangi pembebanan Harga Pokok Penjualan yang dibebankan terlalu tinggi Rp 9,000,000 (=5,000,000+7,000,000-3,000,000).

Credit: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/09/cara-menjurnal-transaksi-persediaan-inventory/

No comments:

Post a Comment